Owner Clo kembali :D owner ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada para reader yang sudah mengunjungi blog ini, entah itu nyasar(?), tidak sengaja atau sengaja datang kesini, karena postingan yang kami terbitkan masih terhitung sangat sederhana bahkan mungkin kurang memuaskan, kami disini baru belajar :). Sekaligus owner ingin berterimakasih karena berkat para reader, visitor blog ini sudah mencapai angka yang menurut owner sangat fantastis, karena belum juga satu tahun blog ini sudah mendapatkan visitor yang begitu banyak. Tidak bahagia bagaimana, sekali lagi kami para owner masih belajar dalam dunia ini (baca : blogger). Kami membutuhkan kritik, saran, dan masukan yang membangun untuk dikemudian hari. Meskipun postingan-postingan yang kami terbitkan masih sederhana, tapi itu merupakan hasil kerja kami disini. Kami yang masih junior mengharapkan pengertiannya untuk tidak mengcopy dengan seenaknya, silahkan bubuhkan credit :). Kami para owner belum menjadi admin yang baik untuk memposting dengan rajin dan teratur. Mohon maaf karena kelabilan kami :D
Untuk permintaan maaf dan dengan kembalinya owner, owner akan menyajikan sebuah fanfiction yang masih terinspirasi dari tayangan-tayangan, tetapi kali ini bukan dari MV. Meskipun gaje atau masih terdapat banyak kekurangan, sekali lagi owner mohon pengertiannya untuk tidak mengcopy karya ini. Thanks to VCR SuShow SuJu, cast bukan milik owner tapi plot disini milik owner. Terimakasih :D
DON'T BE SILENT READER, DON'T BE PLAGIATOR, NO BASHING, AND JUST FOR FUN, hope you like it. Thanks :)))))
STORM
(kyuhyun
verse)
author : yumi a.k.a clodido
main
cast : kyuhyun SJ/seohyun SNSD
other
cast : temukan sendiri
genre : sad romance
lenght : pg-10
note : kisah ini terinspirasi dari VCR
Super Show sebelum lagu Storm
Aku terbangun dari tidurku, mataku
menatap nanar langit-langit putih diatasku. Pandanganku kosong. Aku tak bisa
bangkit. Tangan dan kakiku kaku. Badan dan kepalaku terasa berat. Mataku bengkak,
dan itu sudah seperti menjadi rutinitas di pagi hari seperti ini. Ya, semalam
aku memang menangis, aku selalu menangis.
Cahaya matahari pagi masuk kedalam
sela-sela tirai di kamarku. Mataku silau. Kupaksakan tanganku untuk
menutupinya. Tanpa terasa, air mataku keluar begitu saja tanpa ijin. Sakit itu
datang lagi, semakin lama semakin pedih. Aku tak tahan, aku tak bisa
menahannya. Mulutku ternganga, sakit...sakit dada ini sakit. Begitu sakit
sampai suaraku tak bisa keluar.
“Kyuhyun ini Ibu nak!” sebuah suara
terdengar dari seberang pintu. Aku tak bisa menjawabnya, suaraku berat. Masih
sambil memegang dadaku, aku mencoba mengeluarkan sepatah kata untuk
menjawabnya, tapi aku tak bisa. Aku tak bisa. Ia kemudian masuk, matanya
melotot, ia berlari setelah melihatku memegang dada seperti ini. Ia memeluku
erat.
“Sudah
nak! Sudah, kau pasti kuat!” suara lembut itu bergema di gendang timpaniku dan berputar-putar
dipikiranku. Ya, aku harus kuat, aku harus kuat demi mereka. Kulepaskan tangan
di dadaku. Perlahan sakit ini mulai mereda dan sedikit demi sedikit mulai menghilang,
namun pasti akan kembali lagi. “Tenangkanlah dirimu dulu, kau tidak lupa untuk
hari ini? Ibu dan Ayah akan menunggu mu dibawah!” aku mengangguk, ia kemudian
melepaskan pelukannya dan keluar dari kamarku. Aku bisa melihatnya, dia
mengusap cairan yang keluar dari kelopak matanya. Ibu menangis, karena aku.
Aku
mengatur napasku, mengeringkan air mata yang membasahi pipiku, kemudian duduk
di ujung ranjang. Mataku menatap kosong lantai yang aku injak, segera
kupaksakan tubuhku untuk bangkit. Langkahku sempoyongan, aku memasuki kamar
mandi. Tak begitu lama, aku langsung keluar dan memakai baju sedapatnya,
kusambar mantelku yang tergantung di pintu, lalu memakainya. Tentu saja aku
sudah memakai celana panjang. Tinggal sepatu, lalu setelah itu lengkaplah
sudah. Kusambar tas gendongku yang sudah terisi penuh.
Masih
sedikit lemas, kuturuni tangga dan berjalan menuju ruang makan. Ayah, Ibu, dan
Kakak perempuanku sudah ada di depan meja makan. Yah... mereka menungguku. Aku
benci ekspresi wajah mereka yang setiap hari menatapku seperti itu. “Nak, ayo
duduk. Sebelum pergi kau sarapanlah terlebih dahulu!” Ibu menarikku duduk
disampingnya. Ayah tak sedikitpun mengeluarkan kata-kata, dan Kakak yang
sekarang duduk diseberangku, mengambilkan beberapa makanan yang ada di meja makan
untukku. “Ayo makan!” suara Kakak yang biasanya tinggi kali ini begitu lembut.
Bukan
hanya Kakak rupanya yang berubah, Ayah, Ibu, dan semuanya berubah. Bukan kali
ini tepatnya, tetapi setelah hari itu. Dengan tak semangat, kumasukan makanan
yang ada dihadapanku kedalam mulutku dengan sendok yang Ibu pegangkan kepadaku.
Kulirik pakaian Ayah, Ibu, dan Kakak. Pakaian mereka sudah sangat rapih. Ya,
hari ini kami akan pindah ke Yunani, Athena tepatnya. Kami memang memiliki satu
rumah disana. Ayah tidak perlu pusing dengan pekerjaannya, karena ia adalah
seorang kepala di bidangnya. Ya, Ayah adalah ketua dari sebuah Instansi yang
bekerja dalam bidang Pendidikan. Ia sudah berhasil membuka banyak cabang di
Asia dan sekarang sudah mencapai Eropa. Ibu juga tidak perlu khawatir dengan
pekerjaannya, ia bisa membuka butik lagi di Athena sana. Dan Kakak, dia sudah
mendapatkan pekerjaan disana. Sedangkan aku? Belum lama ini aku baru saja lulus S1 dan Ayah berencana akan
menyekolahkanku disana untuk melanjutkan pendidikanku. Aku menurut-menurut
saja.
Tak
ada lagi halangan bagi kami untuk pindah. Tetapi sebenarnya, kepindahan kami
ini bukanlah sesuatu yang sudah direncanakan. Ya, ini mendadak. Karena aku,
lagi. Setelah selesai, kami segera meninggalkan
ruangan, menuju ke mobil yang sudah apik terparkir di depan rumah. Sebelum
benar-benar akan pergi, kami terlebih dahulu menatap rumah yang penuh dengan
kenangan ini. “Kita akan kembali lagi kesini!” hibur Ayah. Kami pun pergi.
Sesampainya
di Incheon Airport kami tidak langsung take off, pesawat yang akan membawa kami
masih dua jam lagi akan berangkat. Ibu, menggandeng tanganku erat. Selama kami
menunggu, Ayah sibuk berbicara dengan asistennya yang sengaja datang kemari.
Sedangkan Kakak, dia sedang berteleponan
dengan kerabatnya. Ibu dan aku duduk di kursi yang tersedia disana, ia
mengelus-elus tanganku. Sebenarnya Handphoneku sejak tadi terus saja berbunyi
di dalam tas, namun aku malas untuk mengambilnya. Ibu terus memperingatiku, tetapi
aku tetap tak menurutinya.
Aku
takut melihat Handphone itu. Bukan, bukan takut pada Handphonenya, tetapi aku
takut akan...ah sudahlah. “Kyu!” seseorang menyebut namaku. Kuangkat kepalaku
dan kudapati tiga orang lelaki dengan mengenakan kostum ala kantoran sambil
terengah-engah berjejer dihadapanku. Wajah mereka tak asing lagi bagiku, ya
mereka adalah Kakak kelasku di Universitas dan kini sudah mendapatkan
pekerjaan. “Kenapa kau tak mengangkat telepon dari kami?” yang satu terlihat
agak kesal, sebelumnya mereka terlebih dahulu memberi salam pada keluargaku. Aku
mengangkat sedikit bibirku. “Kau jangan melupakan Korea yah, apalagi melupakan
kami!” seseorang yang terlihat agak kesal tadi menepuk pundaku, dia Kakak
terhebat di Universitas namanya Leeteuk. “Baik-baiklah disana, kalau kau
kembali lagi kesini nanti, kau sudah harus menjadi orang yang sukses!”
sedangkan yang satunya, dia adalah Kakak terbaik sekaligus teraneh di
Universitas, namanya Yesung. “Ah, aku benci mengatakan ini, tapi jagalah
kesehatanmu dan kembalilah kesini. Kami akan sangat merindukanmu!” dan yang
terakhir, dia adalah komplotanku di Universitas, Heechul.
Mereka
bukan saja Kakak kelasku, tetapi mereka sudah aku anggap sebagai kakak-kakakku
sendiri. Di Universitas aku lebih suka bergaul denga kakak kelas, jadilah
teman-temanku kebanyakan adalah kakak kelasku. Dilihat dari penampilan mereka,
mungkin mereka akan berangkat bekerja, dan janjian mengunjungiku bersama-sama
kemari.
Sebenarnya, memang mereka saja yang tidak
hadir pada acara semalam. Ya, acara perpisahanku yang dibuat oleh kakak kelasku
yang lain. Semua datang, kecuali mereka. Bisa dibilang, acara semalam melenceng
dari judul, karena lebih tepat jika dikatakan acara semalam adalah acara
tangis-menangis. Dongahae, Ryeowook, dan Eunhyuk yang memulainya, mereka yang
membuat acara menjadi seperti itu. Aku hanya tersenyum memakluminya.
Acara
semalam berlangsung sampai larut di Cafe milik Shindong, semua mabuk dan begitu
bebas mengeluarkan unek-unek mereka kepadaku. Aku tak banyak bicara waktu itu,
tapi hanya tangisan yang menjawabnya. Aku sudah menahannya agar tak menjatuhkan
air mata di depan mereka, tapi aku benar-benar tak bisa menahannya lagi.
Disela-sela itu aku tertawa, kenapa mereka begitu segitunya kepadaku, toh aku
pasti akan kembali lagi, tapi aku tahu kalau mereka menangis bukan karena aku
saja.
Setelah
lumayan lama mereka menasihatiku, mereka berpamitan pergi. Tak lama setelah itu
kamipun berangkat. 12 jam berlalu, akhirnya kami sampai di Athena. Rumah disana
sudah tak asing lagi bagiku. Setelah sampai aku langsung melesat ke kamarku.
Membaringkan tubuhku di ranjang dan menghirup udara Athena. Yang aku rasakan
bukanlah perasaan tentram seperti biasanya aku kemari. Aku sakit. Kututup
mataku, berusaha menidurkan diri dan menjernihkan pikiranku. Tapi tak bisa. Aku
bangun dan berjalan menuju balkon kamarku. Kubawa tasku, dan kududukan diri
disana.
Aku
menghirup napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian dan dengan tangan
yang gemetar kucoba membuka Handphoneku. Benar saja, apa yang terjadi, air
mataku keluar. Aku Cho Kyuhyun yang jahil ini menjadi rapuh dan cengeng.
Wallpaper yang terpajang pada Handphone itu yang membuatku menangis. Ya, ada
foto seseorang disana. Dengan senyum yang mengembang sambil membawa boneka yang
sudah tak asing bagiku di pelukannya, tentu saja ada aku disampingnya, dengan
ekspresi yang sama.
Aku
asing dengan diriku yang ada di foto itu. Kusentuh wajah wanita dalam foto itu,
sesekali kuusap air mataku. “Seoh...hyun..!” kataku terbata. Ya, dialah wanita
itu. Seo Joo Hyun. Aku tak mau mengubah Wallpaper Handphoneku. Aku tak mau.
Setelah itu kubuka list pesan dan daftar panggilan. Banyak sekali daftar
panggilan tak terjawab disana, banyak yang ingin menghubungiku ternyata. Aku
terkekeh geli, ternyata masih banyak yang peduli kepadaku. Kutelusuri list
pesan yang masuk dan kubuka satu-persatu. Hingga aku tak sadar sampai pada
pesan itu, pesan yang sudah lama dan tidak kuhapus. Banyak sekali nama itu, dan
kubuka sebuah pesan.
From : Seobaby
Kakak,
aku mencintaimu selamanya ^^
Begitulah
kira-kira bunyi pesan singkat yang aku buka. Air mataku semakin tak bisa
tertahan lagi. Sudah terlanjur. Ku rebahkan tubuhku di kursi yang ada disana,
membuka satu demi satu album foto yang ada, banyak sekali wajah wanita itu.
Berbagai ekspresi ada dalam album itu, sampai aku terhenti pada sebuah foto
yang menunjukan ekspresi tersenyum namun wajahnya yang putih kali ini pucat
pasi, dia sakit dan sekarang dia sudah meninggalkanku selamanya. Seohyun sudah
tidak ada di dunia ini, dia sudah ada di sisi tuhan di atas sana, dia sudah
menjadi Angel yang sebenarnya, mungkin dia sedang melihatku sekarang.
***
“Kak,
apakah aku sudah cantik mengenakan gaun ini?”
“Tentu,
kau selalu cantik Seo. Ayo sebentar lagi pesta pernikahan Yesung dan Yuri dimulai!” dengan semangat kugandeng
tangan Seohyun masuk kedalam mobil Alphard hitamku. Penuh senyuman, dia
menatapku dalam. Namun aku merasakan ada sesuatu yang berbeda kali ini
dengannya.
“Seo,
apa kau sakit? Wajahmu terlihat pucat!” aku khawatir dan terus memperhatikan
wajahnya.
“Aaaah,
tidak. Mungkin karena makeupnya kak!” elaknya dan kali ini wajahnya berpaling
dan tidak menatapku lagi. Dari samping kulihat parasnya, rambutnya yang lurus
panjang dibuat ikal, ditaruhnya bandana berbentuk bunga berwarna pink susu
untuk menyerasikan bajunya. Dapat kulihat tadi, wajahnya sedikit murung namun
tak lama dan kembali ceria.
“Aaah,
kak. Jangan melihatku terus seperti itu, aku jadi gugup. Kakak menyetir saja
dengan baik!” dia mendorong-dorong lenganku, aku terkekeh “ Baiklah”.
Akhirnya kami sampai di pesta itu,
Yesung akan resmi menjadi suami Yuri sekarang. Aku duduk di kursi yang sudah
disediakan disana, sedangkan Seohyun berlari bersama Yoona menuju pengantin
wanita. Ya, mereka akan menjadi pengiring pengantin. Disampingku Donghae duduk
sambil memperhatikan pemandangan yang sama denganku. “Kyuhyun, lihat mereka
cantik sekali bagaikan malaikat!” ucap Donghae exited. “Benar, si kembar tiga
itu benar-benar sangat cantik!” pandanganku tertuju pada Seohyun.
Setelah acara ikrar janji selesai
kami berfoto bersama, tidak tetapi sebelumnya pelemparan bunga terlebih dahulu.
Bunga dari mempelai wanita tertangkap oleh Yoona. “Waaah, kakak mendapatkannya,
berarti setelah ini kakak yang menyusul yah!” girang Seohyun “Hahaha, dan
semoga setelah aku giliranmu ok?” Yoona menyenggol lengan Donghae dan menggoda
Seohyun. Wajahnya memerah, dan aku langsung ikut bergabung bersama mereka.
Kupegang tangannya dan ikut bercengkrama, tentu saja kami bersama pasangan
pengantin baru. Aku menyadari sesuatu, Seohyun kembali murung seperti tadi
namun ia kembali ceria. Sikapnya kali ini sangat aneh. “Aah, akhirnya aku yang duluan,
aku masih belum percaya. Setelah ini kalian harus menyusul kami!” girang Yuri.
Setelah acara selesai kamipun
pulang. Aku mengantar Seohyun terlebih dahulu. Diperjalanan, aku ingin
menanyakan sesuatu yang dari tadi terus menerus mengganggu pikiranku.
“Seo, apa kau benar tidak apa-apa?”
“Tidak
apa-apa Kak. Aku hanya sedikit lelah!” ucapnya pelan.
“Baiklah,
nanti kau istirahat yang cukup yah!” sebelum dia keluar dari mobil kukecup
keningnya kilat. Ia membalasnya denga senyum.
Kulihat-liahat
semakin hari wajah Seohyun semakin pucat saja. Hingga pada suatu hari, saat
kami di Cafe, Seohyun terjatuh dan pingsan. Aku langsung membawanya pulang kerumahnya
dan menidurkannya di ranjang. Sebelum pergi kulihat tumpukan obat di atas meja kecil
disamping rajang Seohyun. Aku penasaran dan membaca bungkusan obat itu.
Setelah kembali kerumah, karena
penasaran obat apa yang ada di meja Seohyun. Aku bergegas pergi ke perpustakaan
Ayah, aku mencari buku kesehatan dan jenis-jenis obat. Setelah menemukannya aku
... tanpa menunggu apa-apa lagi aku segera melesatkan mobilku ke rumah Seohyun.
Kudapati Ibu Seohyun yang membukakan pintu untukku. Aku langsung bertanya
padanya, meski sadar kalau ekspresi wajahnya berbeda dari seperti yang
biasanya. “Ibu, boleh aku bertanya? Seohyun sakit?” wajahnya terkejut dan pucat
pasi. Ia menunduk dan terisak. Aku kaget dan mendekatinya.
Aku memeluk Ibu Seohyun. Sebenarnya
dari tadi aku merasakan sesuatu yang aneh dan tidak enak hati, ditambah setelah
tahu obat apa itu. “Kyuhyun, maafkan ibu nak, maafkan ibu. Ibu bersalah. Ibu
tidak memberitahumu. Seohyun sakit nak, dia sakit keras, waktunya tidak akan
lama lagi!” aku melepaskan pelukanku, batinku terguncang. Kata-kata itu seperti
bumerang ditelingaku, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Air
mataku tak terasa keluar begitu saja. “Ibu pasti bohong!” aku terkekeh tak
percaya. Ibu Seohyun malah semakin menjadi, ia menangis. Sekarang Ibu Sehyun
yang memelukku.
Setelah sadar dan berusaha sekuat
mungkin untuk menerimanya. Kulangkahkan kakiku menuju kamar Seohyun. Kamar itu
berubah, baru saja ditinggal satu-dua jam kamar itu sudah bertransformasi
menjadi kamar rumah sakit yang pindah ke rumah Seohyun. Disana Seohyun
terbaring lemah dengan infusan yang ada ditangannya. Aku tak percaya. Kuhampiri
Seohyun. Lemas, lututku lemas. Kakiku tak bisa menahan beban tubuhku. Aku tak
berani membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Aku tak mau
membayangkannya.
Aku berlutut disamping ranjang
Seohyun, air mataku tak hentinya keluar. Suara tangisanku tak bisa kutahan. Aku
tahu kalau Ibu Seohyun ada di seberang pintu sambil menangis pula, tapi ia tak
masuk. Kurasakan sebuah tangan mengelus kepalaku lembut, kuangkat wajahku dan
segera bangkit. Seohyun melepaskan infusannya dan ia duduk sambil tersenyum.
“Kak, aku tidak apa-apa! Kenapa kau menangis?” bohongnya berpura-pura kuat. Aku
duduk disampingnya dan segera memeluknya erat. Masih dengan air mata yang belum
berhenti kurasakan hangat tubuh Seohyun. Dadaku basah, dia juga menangis.
“Kenapa
kau tidak pernah mengatakannya padaku selama ini?”
“Mengatakan
apa? Aku hanya sakit biasa, besok juga aku akan sembuh!”
“Bohong,
lalu kenapa kau menangis?”
“Karena
Kakak menangis!”
“Kau
bohong!” kueratkan pelukanku. Aku tak ingin melepaskannya. Aku ingin seperti
ini terus. Kalau bisa kuhentikan waktu. Aku ingin menghentikan saat ini.
“Aku
sudah tau semuanya Seo!” Seohyun hanya diam.
***
“Kak,
aku ingin mengajakmu ke suata tempat!”
“Baiklah!”
jawabku memaksakan senyum. Meski pucat, dia tetap saja melebarkan senyumnya.
“Tapi
jangan lama-lama yah, kau harus banyak istirahat. Biar cepat sembuh!”
“Jangan
perlakukan aku seperti itu. Aku tak suka Kak!” jawabnya memasang wajah cemberut
“Baiklah!”
jawabku geli.
Beberapa
saat kemudian, kami sampai ditempat yang Seohyun maksud.
“Inikah
tempatnya?” tanyaku seperti sudah tak asing lagi.
“Ini
tempat pertama kali kita bertemu Kak! Kakak igat?”.
“Emmm
....!” jujur aku lupa.
“Kakak
lupa? Dulu kita pernah bertemu disini. Waktu itu Kakak sedang melukis dan aku
tak sengaja menabrakmu hingga perlengkapan lukismu jatuh berserakan, saat itu
aku sedang bermain bersama Kak Yoona!”.
“Emmm,
maafkan aku Seo. Aku masih lupa ...!” aku benar-benar tak bisa mengingatnya.
“Kalau
tidak salah sudah tiga tahun berlalu !”.
“Haaah?”
kataku terkejut, tiga tahun lalu?.
“Sudahlah.
Ayo, aku ingin bermain disini!”
“Baiklah!”.
“Kak,
aku ingin berfoto-foto disini. Aku suka tempat ini, disini begitu tentram,
sunyi dan nyaman, seperti Kakak! Sekarang aku sangat bahagia!”.
Seohyun
berjalan menyusuri padang ilalang itu, tangannya ia rentangkan dan bersentuhan
dengan ilalang-ilalang tinggi itu. Aku hanya mengikutinya dari belakang, dapat
kulihat ilalang yang Seohyun sentuh seperti menunduk lemah.
Kami sampai di tengan hamparan
ilalang tinggi itu, disana ada sebuah lahan yang hanya ditumbuhi oleh
rumput-rumput hijau tak tinggi.
“Kak,
aku ingin tidur sebentar disini. Kakak temani aku yah!” aku mengangguk.
Kurebahkan tubuhku, diikuti oleh kepala Seohyun yang ia tempatkan diperutku.
Kubelai rambutnya perlahan, hingga ia tertidur pulas. Akupun sama.
Beberapa saat kemudian, Seohyun
bangun lebih dulu dariku, ia menghalangiku dari pancaran sinar matahari yang
menyilaukan mataku oleh wajah dan rambut panjangnya.
“Kakak
lucu kalau sedang tertidur!” kekehnya tertawa geli. Aku bangun, dan mendudukan
diri disampingnya. Kami memandang hamparan langit diatas sana.
“Kak,
kemari!” pintanya, kudekatkan wajahku.
“Seo
Joo Hyun sangat mencintai Cho Kyu Hyun selama-lamanya!” bisiknya padaku,
setelah itu ia mencium pipiku kilat. Aku tersenyum. Dia bersender di pundakku.
Ku pegang pundaknya yang satu lagi. Kudekatakan wajahku pada wajahnya, kukecup
bibirnya manis dan ia membalasnya. Ia melingkarkan tangannya dileherku, kupegang
pingganya. Cukup lama kami seperti ini. Kami akhirnya tersadar. Ia kemudian
memelukku erat. Akupun membalasnya.
“Cho
Kyu Hyun juga sangat mencintai Seo Joo Hyun selama-lama-lamanya!” meski tak
kulihat, tapi aku dapat merasakan kalau ia tersenyum didadaku.
“Kyuhyun!”
emmh siapa yang memanggilku?
Kira-kira satu bulan setelah itu
keadaan Seohyun benar-benar menurun drastis, ia harus dirawat di Rumah Sakit.
Tentu aku tak pernah pulang hanya karena ingin selalu berada di sisinya. Dan
kata-kata Ibu Seohyun benar, umurnya tak lama lagi. Ia meninggalkan kami untuk selamanya
disaat kami tertidur disampingnya. Ia menggenggam tanganku erat saat itu.
Wajahnya tersenyum. Aku tak kuat. Aku hanya lelaki biasa.
Rasanya
baru kemarin aku menyatakan cinta padanya, bisa kuingat kembali masa-masa itu.
Saat Seohyun menjadi badut hanya karena ingin mencari donasi untuk anak-anak
yatim piatu yang ingin ia bantu. Aku yang sedang melukis dijalanan itu
melihatnya dan tanpa sepengetahuannya, kulukis parasnya yang bak malaikat. Kuikuti
kemana Seohyun pergi dan malam harinya kuberanikan diri mengungkapkan
perasaanku padanya dengan memakai kostum badut yang aku pinjam. Tanpa dugaanku
ia menerimaku dan menangis saat itu juga. Menangis bahagia. Apa yang aku
khawatirkan kalau-kalau Seohyun tidak menyukaiku ternyata tidak terjadi. Ya, Seohyun
memiliki perasaan yang sama denganku, dia menyukaiku. Saat itu aku begitu
bahagia, ingin rasanya kembali ke masa-masa itu. Namun kini semuanya berakhir,
keadaanku setelah kejadian ini berubah 360o .
Rapuh
...
“Kyuhyun
ayo makan !” sepertinya itu suara Kakak. Aku terbangun, ternyata aku tertidur
dan bermimpi kejadian itu lagi. Pipiku sudah basah. Aku berjalan dengan
sempoyongan menuju kamar. Kududukan diriku di tepi ranjang.
“Seo,
aku ingat kejadian itu. Kejadian dimana saat pertama kali kita bertemu. Aku
ingat kau yang menyenggolku dan aku ingat kau yang aku lukis saat kau tengah
bermain dengan sangat bahagia di padang ilalang itu! Aku ingat semuanya!”
***
Tiga
tahun kemudian aku dan keluargaku kembali ke Korea. Keadaanku sekarang lebih
baik dari yang dulu. Tempat yang pertamakali aku kunjungi setelah sampai ke
Korea adalah tempat itu. Ya, tempat pertama kali aku bertemu dengannya. Aku
turun dari mobil, berjalan perlahan sambil menutup mataku dan merasakan
ilalan-ilalang itu. Dapat kurasakan tangan Seohyun menggenggam tanganku.
Sekarang aku mengerti kenapa dulu ilalang-ilalang yang disentuh Seohyun
terlihat sangat lemas, mungkin karena mereka sudah tau apa yang akan terjadi
pada Seohyun. Ilalang-ilalang itu berduka.
Aku
berjalan menuju tempat itu. Kulakukan kembali apa yang dulu aku dan Seohyun
lakukan terakhir kali disini. Kubaringkan tubuhku dan merasakan kalau kepala
Seohyun terbaring diperutku. Aku bangun dan membuka tanganku lebar. Aku rasakan
Seohyun datang kepelukanku dan “Seo Joo Hyun mencintai Cho Kyu Hyun
selamanya... selamanya...selamanya...!”
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar